Budak Cinta (Fiksi 1)

Aku melupakan bagian bagian kusut dalam kaset hidupku, begitulah pertemuan kita. Ada yang terluka, ada juga rasa bahagia, hidup memang akan selalu begitu. Terluka lalu bahagia, terluka lagi lalu bahagia, tidakkah kau lihat? Sungguh ku melihat banyak sekali bekat bekat melekat ditubuhku?

Sejak tadi sebenarnya aku sedang sibuk mengira-ngira. Apa sebenarnya tujuan orang menulis? Lalu jawaban yang wara wiri melintas adalah menduplikasi fikiran.
Seperti tombol copy paste, bedanya tak se'instan itu. Jika ada mesin terbaru yang bisa secanggih itu, bagaimana jika menduplikasi fikiran orang lain? Kita akan menemukan jawaban jawaban yang sebenarnya datang secara terpaksa, bukan datang tepat pada waktunya.
Akh, hayalan ku..

Begitu singkat pertemuan kita untuk bisa disimpulkan secepat ini, hingga semua berdalih dalam sebuah kalimat "cinta tak pernah salah". Tentu saja begitu karena kau pengendalinya, kau yang mengarahkannya jadi sebenarnya dirimulah yang bersalah karena cinta.

Lambat sekali untuk menjadi diriku sendiri ketika berada di hadapanmu, hari itu mungkin aku sedang pura-pura menjadi gadis nan ayu. Sekali lagi aku memang punya sepasang mata yang sendu, hanya saja sebenarnya aku tak se sendu dan se syahdu itu.

Jika ada yang bertanya tentang bunga apa yang paling kusuka, itu adalah Mawar. Jawaban yang umum memang, karna aku tak se'unik itu. Mawar karena mungkin lebih dari 2 lusin mawar yang pernah kering dan layu yang kau berikan, yang ternyata ku tau itu adalah mawar milik tetanggamu. Menjelang sore, mengendap endap tak ada yang melihat lalu dengan sigap tanganmu mematahkan tangkainya, padahal kau ada di ujung malu.

Baru ku pahami sekarang, waktu itu ternyata aku lebih banyak diam, sedangkan kau berbagai caramu agar berhenti diamku berganti menjadi senyuman. Katamu "cinta itu sebuah pengorbanan", yang ku lihat memang kau banyak berkorban tapi aku tak tau caranya. Aku seperti si dungu yang mencintai dalam diam, terlalu dungu bahkan kadang merasa terlalu beruntung untuk dicintai dengan penuh pengorbanan.

Aku dungu, dan aku terlalu pasif, terakhir ku pahami aku begitu pasrah. Kita ini hanya sekedar basa basi, pengorbanan kau bilang? Bahkan aku mengorbankan diriku terjerumus dalam belenggu. Aku kini ketergantungan padamu, lihatlah aku hanya *punya kamu. Sungguh kepemilikan yang bukan berarti memiliki, memiliki tetapi dia bisa pergi sesuka hatinya, memiliki tapi dia yang mengendalikan semuanya. Pemilik seperti apa aku ini? Pemilik yang di perbudak oleh cinta.

Bersambung

Komentar

Postingan Populer