SAMURAI
seorang samurai di jalan pedang, memapras angin
sampai leher jerami terjuntai. tangannya tersayat dingin,
luka, luka, lupa. sedang hatinya tak ingin,
beku, beku, batu.
kelihatannya ia tak bisa lengah. tak bisa. sehingga
ia selalu sibuk membaca cuaca dan membayangkan
langit dengan gelisah. lalu mereka-reka seperti
apakah langit bila sehabis gerimis?
ia juga sibuk menghitung mata-mata lembing karena
selalu resah bila memikirkan tubuhnya akan terpelanting
terpelanting lalu terguling. terguling lalu terbanting.
maka ia selalu menerka dengan jantung yang terengah.
ia selalu menerka dan selalu terengah.
demikianlah. semuanya selalu serba tak bisa.
kudengar suaranya begitu layu, seperti lara
yang tak tahu harus bagaimana.
"seorang samurai tak semegah yang kaubayangkan.
ia harus terus bertarung atau terpancung.
tapi, sssttt... cerita ini hanya untukmu. hanya untukmu.!"
gila! hanya sekali tebas, hatiku terlepas.
sampai leher jerami terjuntai. tangannya tersayat dingin,
luka, luka, lupa. sedang hatinya tak ingin,
beku, beku, batu.
kelihatannya ia tak bisa lengah. tak bisa. sehingga
ia selalu sibuk membaca cuaca dan membayangkan
langit dengan gelisah. lalu mereka-reka seperti
apakah langit bila sehabis gerimis?
ia juga sibuk menghitung mata-mata lembing karena
selalu resah bila memikirkan tubuhnya akan terpelanting
terpelanting lalu terguling. terguling lalu terbanting.
maka ia selalu menerka dengan jantung yang terengah.
ia selalu menerka dan selalu terengah.
demikianlah. semuanya selalu serba tak bisa.
kudengar suaranya begitu layu, seperti lara
yang tak tahu harus bagaimana.
"seorang samurai tak semegah yang kaubayangkan.
ia harus terus bertarung atau terpancung.
tapi, sssttt... cerita ini hanya untukmu. hanya untukmu.!"
gila! hanya sekali tebas, hatiku terlepas.
Komentar
Posting Komentar