TAPAK SAJAK

(1)

kau jangan membakar api!

sebab dia Nawang Wulan yang kau lamar dewat doa malam.
"hoi! aku ingin perempuan itu!" lengkinganmu tak pernah
utuh,
tetapi terus menerus melengkung pada tepi tebing.

mungkin kau lupa. dia penennung yang menenun cerita
murung,
cerita tentang matahari yang tertusuk mimpi. sebab di sana
gerhana tak lagi bebas bertakhta, sampai laut kehilangan
gelombang
dan dengarlah, hujan betapa garing.
tetapi ada sepi sedang menyanyi dan menari.

maka diam-diam ditanamnya bunyi pada pendiangan tanpa
tungku.
kau pun tak bisa menerka seperti apa warna ngilu. seperti kau
tak pernah tahu tentang pilu yang karam pada kamar tak
berlampu.
kemudian kalimatnya memendek bagai bangkai tua yang jemu,
masai dan layu "dunia setumpul buku tanpa sampul."

rupanya dia belum hangus agar kau tak terberangus.

(2)

"ceritakan tentang cinta dan kesetiaan" pintanya dengan
wajah pucat serupa bulan cacat. rupanya bulan belum
menyembul karena tepinya bergerigi
sebetulnya aku tahu kenapa sampai tegergeraji.

"mari, mari, dengarlah cerita cinta Drupadi," kupandang
kepucatannya dengan tatapan paling mesra. dengan cinta
mudaku yang luas, halus dan kudus. "cintamu jangan
pernah layu," begitulah, ia penuh kesucian seorang lelaki.

tetapi aku telah menakik dongeng baru tentang waktu
yang terlalikan, yang terabaikan. itulah waktu yang
harus kusebrangi. maka ia kukecup dengan cium culas
seorang Yudas, "maaf, aku tak bisa lagi setia."

sekarang dengarlah ceritaku tentang cinta dan kesetiaan:
apakah wajahku pucat serupa bulan cacat yang tergeraji
karena kisah ini selalu kudongengkan sendiri?

(3)

pada suatu saat ada yang menggeliat: "kembalikan waktu
kepadaku. kenapa rona matahari masih yang itu-itu saja?"
apakah itu pertanyaan yang pantas?

hingga tiba di suatu tasik, ada yang memekik:
"waktu dan saat tidak bisa kembali!" apakah itu perlu?
itu suara yang tak pernah ingin kudengar, suara ragu,
suara gagu, suara dari pulau tanpa sampan dan perahu.
maka kubiarkan suara lain menulikannya
"kau tak perlu kembali"

jadi, suara-suara itu saling berpandangan tetapi
tak pernah saling mendegarkan.

Komentar

Postingan Populer